Jumat, 12 April 2013




------------------------------------------------------------------Penebangan hutan secara liar tanpa memikirkan kembali cara penghijauannya merupakan suatu tindakan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.
Hutan adalah sumber udara yang sangat baik bagi manusia. Di saat kota metropolitan sudah sesak dengan polusi udara, hutan masih tetap menyediakan udara segarnya untuk kita. Lalu alasan apa bagi penebang liar untuk menebang habis hutan yang merupakan rumah bagi banyak kehidupan.
Sungguh ketamakan adalah sumber dari kehancuran.-------------------------------------------------------------------source 

Senin, 08 April 2013


Deddy Mizwar, Nasionalisme Naga Bonar




”...Dan (bagaimana) caranya menyuburkan Nasionalisme itu? Jalannya menghidupkannya ? Jalannya adalah tiga :
Pertama, kami menunjukkan kepada rakyat, bahwa ia punya hari dulu, adalah hari dulu yang indah.
Kedua, kami menambah keinsyafan rakyat, bahwa ia punya hari sekarang, hari sekarang yang gelap.
Ketiga, kami memperlihatkan kepada rakyat sinarnya hari kemudian yang berseri-seri dan terang cuaca, beserta cara-caranya mendatangkan hari kemudian yang penuh dengan janji-janji itu!
Sukarno, Bapak Bangsa Indonesia
”Indonesia Menggugat”, Membangkitkan Nasionalisme, 1929.


Kenapa Kita Mencintai Indonesia?

Bayangkan bagaimana Sukarno,
Hatta, Syahrir, Agus Salim, yang begitu dahsyat kekuatannya, sehingga mampu mempersatukan seluruh Indonesia, menciptakan salahsatu bangsa terbesar di dunia, sekaligus menjatuhkan kekuatan bangsa-bangsa imperialis terkuat di dunia.
Sukarno membuat pembelaannya yang spektakuler, Indonesia Menggugat, saat usianya baru 29 tahun (1930). Mohammad Hatta sudah menjadi ketua "Perhimpunan Indonesia" di Belanda waktu umurnya masih 23 tahun (1925).
Indonesia, sekarang adalah bangsa ke-4 terbesar di seluruh dunia, setelah China, India, dan Amerika. Kita jauh lebih besar dari Belanda dan Jepang yang pernah menjajah kita. Dan kalau anda perhatikan, Indonesia jelas lebih kompleks dari semua bangsa itu, sukunya sangat beragam, bahasanya pun berbeda-beda. Darimana datangnya kekuatan raksasa itu?

Jenderal Sudirman, di tahun 1945 itu umurnya baru 30 tahun. Dia mungkin adalah salahsatu pemimpin perang termuda dan terbesar di dunia setara Alexander the Great dan Napoleon. Salahsatu kemenangannya yang gemilang adalah di Ambarawa saat pasukannya berhasil mengusir militer Inggris dari kota itu. Dan Inggris, saat itu adalah bangsa imperialis terbesar di dunia.

Bahkan hanya dengan satu paru-parunya yang berfungsi, dan harus ditandu keluar masuk hutan, naik turun gunung, Jenderal Sudirman mampu membawa kemenangan besar bagi pasukan Indonesia atas tentara imperialis Sekutu yang memiliki sistem persenjataan super modern.

Ini menjadi lebih spektakuler lagi karena Sudirman sebelumnya hanya seorang guru di Muhammadiyah, padahal Inggris dipimpin oleh Jenderal-jenderal yang sangat berpengalaman dalam peperangan di seluruh dunia selama ratusan tahun. Tapi Sudirman dan pasukannya yang berani mati mampu menghancurkan mereka semua, dan mendorong lahirnya sebuah bangsa raksasa.

Bung Tomo, saat perang besar Surabaya 10 November, umurnya baru 25 tahun. Perlawanan arek-arek Surabaya begitu dahsyatnya, sehingga Belanda yang didukung Inggris (yang pernah menguasai seluruh dunia) di peperangan raksasa itulah mulai ragu untuk bisa kembali menguasai tanah Indonesia.

Kenapa kekuatan mereka begitu hebatnya? Kenapa mereka sampai mau mengorbankan darah dan nyawanya demi bangsa dan negara? Kenapa keberanian mereka begitu hebatnya, seakan-akan tidak takut mati, sampai para tentara-tentara paling terlatih di dunia dan berpersenjataan modern bisa bergetar ketakutan?

Dari mana kekuatan itu datangnya? Kenapa jiwa besar yang begitu hebat itu sekarang bisa nyaris hilang?

Kekuatan Raksasa Nasionalisme



”Oleh karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terbelakang lekas mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa-bangsa yang kuat, dan rasa kebangsaanlah yang memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup.”
Sukarno, mengutip Mustafa Kamil (tokoh pejuang Mesir), Indonesia Menggugat.


Jiwa Nasionalisme-lah yang membuat sebuah bangsa mau berjuang sedemikian hebatnya. Cinta pada bangsa, adalah kekuatan besar yang membuat ratusan juta rakyat bangkit, dan berjuang menjadikan bangsanya besar dan terhormat di mata dunia. Patriotisme membuat kita berkorban demi bangsa. Kita akan berkorban apapun, karena cinta yang besar itu.

Kalau kita ingin bangsa ini kembali kuat dan mampu bangkit menjadi besar, maka Nasionalisme, rasa cinta pada bangsa harus ditumbuhkan besar-besaran.

Tapi darimana cinta itu datang? Cinta pada Indonesia. Nasionalisme. Patriotisme. Bagaimana kekuatan besar itu, bisa dibangkitkan lagi?

Ini adalah zaman yang berbeda dengan zaman Indonesia dulu. Bahkan Naga Bonar (Naga Bonar Jadi 2) dalam filmnya mempertanyakannya pada Bonaga, anaknya. ” Mengapa aku masih hidup di zamanmu. Zaman yang tidak kumengerti tapi berusaha kupahami karena aku sangat mencintaimu”, kata Naga Bonar.

Ini adalah zaman, dimana kadang kita sulit menemukan arti mencintai bangsa ini. Kita bahkan sulit mencintai para pejuang veteran yang sudah memberikan bangsa ini kemerdekaannya. Mereka, para pembela kemerdekaan itu, yang sekarang sudah berusia lanjut, banyak yang hidup terlunta-lunta, tanpa penghasilan yang jelas, tanpa penghargaan, dan seringkali tanpa teman. Sesuatu yang pastinya akan membuat seorang Deddy Mizwar terharu dan sedih.

Tapi tentu kita tidak akan bersedih-sedih. Kita adalah bangsa yang penuh semangat. Bangsa ini masih banyak kekurangannya, tapi kelebihannya pun juga sudah makin banyak.

Kemajuan terjadi di segala bidang. Potensinya makin besar. Bahkan Lembaga keuangan terkemuka Morgan Stanley pun sudah berani menyatakan Indonesia bisa segera menjadi salahsatu anggota BRIC, Brazil, Rusia, India, dan China (source: Bloomberg, Chinadaily, Juli 2009). Kita tidak akan menangisi zaman ini, kita akan membangkitkannya dengan semangat baru nasionalisme yang tinggi.

Dan, orang-orang yang berjuang demi bangsa ini juga terus bertambah banyak. Para patriot dan pejuang abad 21 yang akan melakukan apapun, demi kebesaran nama bangsa ini. Dan salahsatunya yang paling berpengaruh, tentu saja adalah bang Deddy Mizwar. Beliaulah diantara sedikit orang yang mampu menjaga jiwa yang sangat penting itu, jiwa nasionalisme kita.


Nasionalisme Yang Paling Sukses


Prestasi seorang Deddy Mizwar memang benar-benar spektakuler. Benar-benar sebuah contoh, orang baik, yang sangat sukses. Dikenal sebagai aktor besar, sukses secara kualitas maupun komersial, banyak mengumpulkan penghargaan dan pujian, taat beribadah, dan mampu menjadi inspirasi bagi jutaan orang Indonesia, bahkan sering jadi bintang iklan.

Ia telah membintangi 75 judul film, 150 judul sinetron, dan berpuluh-puluh penghargaan bermacam-macam jenisnya. Ia juga bahkan sudah menjadi Tokoh Perubahan (Republika 2007) dan Tokoh Budaya (Harian Sindo 2008), dan "Lifetime Achievement Award" dari MTV.

Film Naga Bonar yang dibintanginya adalah sesuatu yang istimewa bagi bangsa ini. Hiburan yang berkualitas tinggi, ringan dan menyenangkan, penuh humor yang membuat kita tertawa, tapi sekaligus menyentuh, sarat dengan makna dan inspirasi. Bersama Naga Bonar inilah, kita diingatkan kembali akan nasionalsime kita. Kecintaan kita pada tanah air kita.

Dan yang lebih istimewa lagi, film ini disukai banyak orang dan laris manis, ditonton lebih dari 2,5 juta orang! Kita lihat bahwa sebenarnya bangsa ini begitu rindu dengan nilai-nilai nasionalisme yang dulu membuat bangsa ini besar dan dihormati.

Anda mungkin sudah menonton ”Naga Bonar Jadi 2”. Anda juga pastinya masih ingat adegan yang sangat menyentuh antara Naga Bonar dengan patung sang Jenderal Sudirman. Dalam Naga Bonar dan Naga Bonar jadi 2, kita diingatkan betapa besarnya jasa para pejuang kita dulu. Betapa mereka mengorbankan jiwa dan raganya (termasuk Kopral Bujang), demi kemerdekaan kita.

Apalagi perjuangan seorang pemimpin besar seperti Jenderal Sudirman. Waktu Naga Bonar jalan-jalan di Jakarta naik Bajaj, sampailah ia di Patung Jendral Sudirman. Ketika Naga Bonar melihat patung Sudirman memberi hormat ke jalan raya yang hanya dilalui mobil-mobil roda empat, Naga Bonar jadi trenyuh. Hatinya sakit. Kenapa Jenderal?

Kenapa seorang Jenderal Besar seperti Sudirman memberi hormat ke mereka? Dan kenapa bukan mereka, yang memberi hormat kepada Sudirman, yang sudah mati-matian memerdekakan Indonesia? Kita ikut menangis karena Deddy Mizwar menangis, bukan hanya Naga Bonar. Kita mempercayainya karena itu bukan akting, melainkan juga suara hatinya sendiri.

Ada banyak pelajaran dari adegan ini saja. Bahwa kita memang hampir melupakan pengorbanan besar para pahlawan kita. Nyaris tidak ada lagi yang ingat apa itu perjuangan ’45, dan Semangat ’45. Dan bahwa kita sekarang seringkali lebih menghargai dan menghormati materi dibanding apapun, bahkan nasionalisme kita sendiri, para pahlawan kita sendiri. Tapi untunglah, masih ada Naga Bonar.


Siapa, Yang Membuat Kita mencintai Indonesia?

Siapa di bangsa ini yang api nasionalismenya masih bisa membakar hati kita, menggetarkan seluruh relung-relung kalbu ke-Indonesiaan, yang ada jauh dalam lubuk hati kita. Tidak banyak. Hanya ada beberapa, dan salahsatunya yang terbesar adalah Deddy Mizwar.

Dan beruntunglah kita bangsa Indonesia, karena beliau mampu memberi inspirasi itu pada banyak orang Indonesia sekaligus, beribu-ribu, bahkan jutaan orang. Beruntunglah kita, karena tanpanya, dan tanpa karya-karya monumentalnya yang abadi, rasa ke-Indonesiaan kita mungkin sudah makin melemah jiwanya.

Tapi dengan Naga Bonar, bahkan anak-anak muda yang tidak pernah mengalami masa perjuangan kemerdekaan Indonesia pun ikut mulai mengerti. Bangsa ini didirikan dengan pengorbanan darah dan nyawa, dengan jiwa kepahlawanan yang sangat heroik. Dan sekarang banyak generasi muda Indonesia yang seperti ikut merasakannya.

Naga Bonar, menjadi sangat berpengaruh karena sukses dalam banyak hal. Naga Bonar memakai media yang populer, film. Seperti halnya buku, film bisa menyentuh banyak orang sekaligus. Naga Bonar memakai bahasa cerita yang ringan dan populer. Ini membuatnya bisa diterima banyak orang, dari semua kalangan, terutama anak-anak muda yang membutuhkannya.

Dan cerita Naga Bonar walaupun ringan berasal dari refleksi dan kontemplasi yang dalam. Kontemplasi yang lalu menghasilkan inspirasi, yang lalu bisa menyentuh hati banyak orang.

Dan dengan itu, Naga Bonar, dan Deddy Mizwar berhasil secara strategis menanamkan kembali jiwa nasionalisme Indonesia.


Keteduhan Agama, Kedamaian Hati

Dan tidak hanya cukup satu. Tidak hanya nasionalisme, Deddy Mizwar juga menjadi penjaga hati kita, spritualitas kita. Beliau mengingatkan kita betapa nikmatnya mengaji dan melantunkan ayat-ayat Qur’an di masjid pada sore hari. Sinetron-sinetronnya yang Islami, tidak hanya bermutu, tapi juga yang sangat penting, disukai banyak orang.

Di sini beliau juga menjadi seorang pejuang yang visioner. Dia melihat Indonesia perlu sebuah tontonan yang baik, sesuatu yang menghibur tapi juga memberikan tuntunan yang menyejukkan. Tapi pada awalnya para decision maker di industri televisi tentu sulit menerima bahwa sinetron Islami bisa layak tayang, artinya bisa dijual.

Tapi dengan keteguhan yang tinggi, dengan keyakinan dan visi yang baik, beliau sukses meyakinkan bahwa sinetron Islami bisa disukai masyarakat. Dan visinya terbukti. Dan lahirlah hikayat Pengembara, Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, dan sekarang, Para Pencari Tuhan.

Beruntunglah beliau, karena sebagai orang yang berpengaruh, beliau pernah merasakan nikmatnya masjid sejak kecilnya. Beliau tumbuh di lingkungan Betawi yang agamis. Sore-sore hari yang tenang, adalah waktunya ngaji di masjid. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an bersama-sama teman-temannya adalah sesuatu yang membuat hati jadi teduh dan penuh kedamaian.


”Ternyata kerja dalam film keagamaan itu lebih menyenangkan. Lebih tenang dan tidak fokus ke duit melulu.
Kalau kita berbuat baik, duit akan datang sendiri”.


Keistimewaan Deddy Mizwar, baik dalam menularkan semangat nasionalisme dan agama, adalah mampu menyampaikan sesuatu yang penting dengan ringan dan sederhana, tapi tetap memiliki bobot, memiliki arti yang dalam. Kita membagi ilmu, tidak perlu dengan menggurui, jangan pernah seperti orang sempurna yang tidak pernah salah. Semangatnya adalah saling berbagi kebaikan kepada sesama manusia. Dan Deddy Mizwar seperti orang-orang genius yang mampu menerangkan hal-hal paling kompleks dengan sangat ringan.

Seperti Sukarno yang bila menerangkan tentang nasionalisme, maka semua orang dari atas sampai rakyat bawah bisa memahaminya, dan tersentuh. Seperti Einstein saat menerangkan Relativitasnya. Hanya orang-orang yang paling istimewa yang dianugerahi Tuhan kemampuan seperti itu.


Nasionalisme Masa Depan



Bangkit itu, Susah …Susah melihat orang lain susah, Senang melihat orang lain senang

Bangkit itu Takut …
Takut untuk korupsi, Takut makan yang bukan haknya

Bangkit itu Mencuri …
Mencuri perhatian dunia, dengan prestasi ..

Dengan segala prestasi yang telah diraihnya, apa lagi yang kurang bagi seorang Deddy Mizwar? Mungkin satu lagi, dan yang paling besar. Dia ingin melihat bangsanya bangkit. Seperti kita semua ingin melihat Indonesia bangkit kembali.

Dan untuk bangkit, kita hanya perlu mengingat kembali. Mengingat bahwa kita adalah bangsa besar, Bangsa Pejuang.

Para Bapak bangsa kita, adalah para pemimpin-pemimpin terbesar di dunia. Tidak banyak ada bangsa, sepanjang sejarah dunia yang sebesar Republik Indonesia.
Karena kehebatannya mempersatukan seluruh Indonesia, Sukarno di Amerika disebut sebagai Washington dan Jefferson-nya Indonesia. Sukarno tidak disamakan dengan satu pemimpin besar Amerika, tapi dua sekaligus. Mohammad Hatta di Jepang pernah disebut sebagai "Gandhi of Java", dan menjadi tokoh yang sangat dikagumi integritasnya.

Para pejuang kita dulu, adalah manusia-manusia pemberani yang daya juangnya begitu hebat. Sedemikian hebatnya, sehingga mampu membentuk salahsatu bangsa terbesar dalam sejarah dunia. Mereka, dengan gagah berani mampu mengusir tentara-tentara terkuat dari bangsa-bangsa terkuat di dunia. Kita adalah bangsa pejuang yang tidak takut mati, bangsa yang akan berjuang habis-habisan demi kebesaran nama bangsanya.

Dan kita adalah bangsa yang punya masa depan yang cerah. Pada Juli 2009 kemarin, Indonesia diundang ikut dalam salahsatu pertemuan paling eksklusif delapan bangsa-bangsa industri terkuat di dunia, G8. Indonesia juga masuk ke dalam G20, bangsa-bangsa dengan ekonomi terbesar yang total outputnya mencapai 85% ekonomi dunia.

Di masa krisis global saat ini, hanya ada 3 bangsa di seluruh dunia yang pertumbuhan ekonominya positif, dan diatas 4%, China, India, dan Indonesia. Bahkan Amerika dan Jepang pun ekonominya tumbuh minus.
Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, bahkan masuk dalam 100 Tokoh wanita paling berpengaruh di seluruh dunia dari majalah Forbes, dan perannya dalam menstabilkan ekonomi Indonesia dipuji-puji oleh dunia (Newsweek, Januari 2009, ”As Good As It Gets”).

Juni 2009, Morgan Stanley, lembaga keuangan bergengsi dunia menyatakan bahwa Indonesia sudah pantas untuk masuk sejajar dengan BRIC, Brazil, Rusia, China, dan India, bangsa-bangsa berkembang yang potensial menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Ini terutama karena Indonesia telah mempunyai politik dan demokrasi yang stabil. Demokrasi ini sangat penting, karena memungkinkan kekuatan-kekuatan positif dan kreatif di sebuah bangsa bangkit dengan kecepatan tertinggi.

Kata Morgan Stanley, yang membuat Indonesia agak sedikit tertinggal dari bangsa-bangsa BRIC yang lama, adalah kualitas pendidikannya yang sedikit tertinggal. Tapi mungkin mereka perlu melihat prestasi Prof Yohanes Surya. Baca disini, Yohanes Surya, Menuju Indonesia Genius.

Kita juga begitu beruntung karena punya banyak contoh teladan yang unggul. Orang-orang yang benar-benar mencintai dan berjuang sekuat tenaga demi kemajuan bangsa ini. Yang kita perlu lakukan hanya belajar dari mereka, belajar dari yang terbaik. Kita belajar dari Sukarno, Hatta, Sudirman, Bung Tomo, dan Deddy Mizwar, sang Naga Bonar yang penuh inspirasi.

Bila kita sudah mampu membangun jutaan manusia-manusia yang unggul, cerdas, dan memiliki kecintaan yang tinggi pada bangsanya, maka kita akan siap untuk bangkit, siap untuk kembali menjadi bangsa yang kuat dan besar.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!