Rabu, 19 September 2012

antara sikaya dan simiskin
antara sikuat dan silemah
antara pemerintah dan rakyat



yaa, tembok besar yang menjulang tinggi itu kunamakan kesenjangan

berdiri megah sejak puluhan tahun lalu, dan semakin menunjukkan bahwa memang kesenjangan itu.... ada.





tembok perbatasan

dulu,
saat usiaku 6 tahun, tembok itu hanyalah tembok kecil, hanya sekedar pembatas antara daerah pemerintahan saja. bahkan dahulu aku sering bermain bersama kawan-kawan diatas tembok itu. dan penjaganya pun hanya tertawa dan tersenyum melihat tingkah kami yang sedikit urakan.


tembok pemisah

usiaku menginjak 12 tahun, dan tembok itu semakin meninggi saja. dengan dalih sebagai pelindung gedung pemerintahan dari para kaum "pemberontak minoritas", mereka mulai membangun tembok itu. yaa, memang kami masih dapat melihat megahnya gedung itu dari luar,... tapi apakah mereka melihat kumuhnya kami dari dalam??


tembok kesenjangan

kini, usiaku genap 25 tahun, dan tembok masa muda kami sudah berubah menjadi tembok yang mengerikan. jangankan mendekatinya, melihatnya saja sudah merinding dibuatnya.
semakin tinggi saja tembok itu, dan semakin membuat para pemimpin bangsa tidak dapat melihat rakyatnya.
para tentara sukarela penguasa itupun sering berjaga-jaga disekitar tembok. siapa yang berusaha mendekat, jangan harap bisa pulang, bahkan namanya pun akan mudah terlupakan dibuatnya. mereka orang-orang pintar yang dengan mudahnya membuat isu-isu dan berita bohong yang gampang untuk dipercaya oleh kami.

ya,
tembok itu sudah berganti peranan.
bukan lagi sebagai pembatas, melainkan sebagai jurang pemisah



bermodalkan keberanian, akan ku buka mata rakyat akan penindasan ini
bermodalkan kebersamaan, akan kami robohkan tembok kesenjangan itu
bermodalkan arit dan palu, akan kami paksa penguasa melihat keadaan rakyat saat ini

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!