@SurgaBerita - Arman patut diacungi jempol. Remaja 17 tahun ini salah satu pahlawan dalam tim evakuasi di Gunung Salak. Dia bersama pasukan TNI dan Tim SAR serta Mapala UI adalah salah satu perintis yang membuka jalur menuju lokasi jatuhnya Sukhoi di tebing Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.
"Pas tidur, saya mesti mengikat badan dengan tali ke pohon. Biar nggak jatuh ke jurang," kata Arman sambil menunjukkan ikat pinggangnya yang hampir rusak, saat ditemui di Posko SAR di Pos Embrio, .
Arman yang tinggal di Ciapus, Bogor, ini sudah putus sekolah dari SMA Taman Sari Bogor. Saat ditemui, kaos olahraga sekolah yang dikenakannya sudah kotor. Arman membawa tas punggung kecil yang berisi baju. Sepatu yang dia kenakan pun hanya sepatu biasa, bukan sepatu khusus untuk mendaki gunung.
"Perjalanan ke atas jauh, sekitar 6-7 jam," terang remaja berperawakan kecil ini.
Dia mengaku sudah mengenal kawasan Gunung Salak ini. Niat dia ikut tim evakuasi adalah membantu menemukan para korban dan sebagai pembuka jalan. Arman naik ke lokasi Sukhoi sejak hari pertama. Arman pun sempat melihat puing-puing pesawat yang hancur dan jenazah korban.
"Untuk ke lokasi mesti melewati jurang," imbuhnya.
Arman, pada Sabtu pagi turun lagi ke bawah ke Pos Tim SAR di Pos Embrio. Dia diminta menjadi penunjuk jalan ke\ lokasi bagi TNI. Begitu tiba di Pos SAR, Arman pun diminta langsung ke tempat logistik. Seorang anggota Tim SAR meminta Arman agar menyantap makanan yang banyak. Maklum, di lokasi di evakuasi, logistik sangat terbatas.
Seperti halnya Arman, Marzen pun bekerja tanpa pamrih guna membantu tim evakuasi. Relawan yang biasa bertugas di Gunung Halimun dan Gunung Gede ini bercerita, medan di lokasi sangat berat.
"Yang paling minim itu logistik. Saya sampai makan apa yang ada di lokasi, saya mesti makan gedebong pisang," ucap Marzen.
Namun dia mengaku hal itu adalah hal yang biasa. Bagi Marzen, mengevakuasi jenazah korban Sukhoi adalah yang utama.
"Melihat kondisi korban saya sampai menangis. Baru kali ini saya melihat seperti itu. Yang susah, jenazah yang menyangkut di tebing, mesti memanjat untuk mengambilnya," tutur pria berusia 40-an tahun ini.
Arman dan Marzen sudah 2 hari berada di lokasi Sukhoi jatuh. Sabtu (12/5) kemarin pagi mereka turun ke Pos SAR. Selain memulihkan diri, mereka juga membantu membuka jalan bagi tim evakuasi lainnya yang akan datang.
"Pas tidur, saya mesti mengikat badan dengan tali ke pohon. Biar nggak jatuh ke jurang," kata Arman sambil menunjukkan ikat pinggangnya yang hampir rusak, saat ditemui di Posko SAR di Pos Embrio, .
Arman yang tinggal di Ciapus, Bogor, ini sudah putus sekolah dari SMA Taman Sari Bogor. Saat ditemui, kaos olahraga sekolah yang dikenakannya sudah kotor. Arman membawa tas punggung kecil yang berisi baju. Sepatu yang dia kenakan pun hanya sepatu biasa, bukan sepatu khusus untuk mendaki gunung.
"Perjalanan ke atas jauh, sekitar 6-7 jam," terang remaja berperawakan kecil ini.
Dia mengaku sudah mengenal kawasan Gunung Salak ini. Niat dia ikut tim evakuasi adalah membantu menemukan para korban dan sebagai pembuka jalan. Arman naik ke lokasi Sukhoi sejak hari pertama. Arman pun sempat melihat puing-puing pesawat yang hancur dan jenazah korban.
"Untuk ke lokasi mesti melewati jurang," imbuhnya.
Arman, pada Sabtu pagi turun lagi ke bawah ke Pos Tim SAR di Pos Embrio. Dia diminta menjadi penunjuk jalan ke\ lokasi bagi TNI. Begitu tiba di Pos SAR, Arman pun diminta langsung ke tempat logistik. Seorang anggota Tim SAR meminta Arman agar menyantap makanan yang banyak. Maklum, di lokasi di evakuasi, logistik sangat terbatas.
Seperti halnya Arman, Marzen pun bekerja tanpa pamrih guna membantu tim evakuasi. Relawan yang biasa bertugas di Gunung Halimun dan Gunung Gede ini bercerita, medan di lokasi sangat berat.
"Yang paling minim itu logistik. Saya sampai makan apa yang ada di lokasi, saya mesti makan gedebong pisang," ucap Marzen.
Namun dia mengaku hal itu adalah hal yang biasa. Bagi Marzen, mengevakuasi jenazah korban Sukhoi adalah yang utama.
"Melihat kondisi korban saya sampai menangis. Baru kali ini saya melihat seperti itu. Yang susah, jenazah yang menyangkut di tebing, mesti memanjat untuk mengambilnya," tutur pria berusia 40-an tahun ini.
Arman dan Marzen sudah 2 hari berada di lokasi Sukhoi jatuh. Sabtu (12/5) kemarin pagi mereka turun ke Pos SAR. Selain memulihkan diri, mereka juga membantu membuka jalan bagi tim evakuasi lainnya yang akan datang.
Sumber : http://surgaberita.blogspot.com/2012/05/ini-dia-kisah-kehebatan-tim-evakuasi.html#ixzz1upGblOiC
0 komentar:
Posting Komentar