Kamis, 08 Desember 2011

Hari-hari ini perhatian dunia tertuju di badan persatuan bangsa-bangsa, PBB. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, tetap “nekat” untuk memasukkan aplikasi permohonan menjadi negara berdaulat yang diakui oleh PBB. Palestina memang belum merdeka, statusnya masih menjadi negara dalam belenggu Israel. Yang dibutuhkan Palestina sekarang adalah pengakuan dunia (dalam hal ini PBB) sebagai sebuah negara resmi. Kalau sudah resmi menjadi negara yang diakui, maka Palestina sejajar dengan negara lain. Dengan statusnya yang berkekuatan hukum itu maka Palestina dapat menyeret Israel ke pengadilan internasional atas kejahatan yang dilakukan Israel kepada bangsa Palestina. Inilah yang ditakutkan oleh Israel yang menganggap aplikasi lamaran itu sebagai mimpi buruk.
Jalan untuk merdeka bagi Palestina masih berliku. Amerika sebagai pelindung utama Israel pasti akan memveto keinginan Palestina itu di sidang Dewan Keamanan PBB. AS adalah salah satu dari lima “penguasa” PBB selain Rusia, Cina, Perancis, dan Jerman. Jika salah satu negara anggota tetap DK menggunakan hak vetonya, maka gagallah upaya Palestina mendapat pengakuan sebagai negara merdeka berdaulat penuh. Namun masih ada harapan jika di sidang DK gagal, Palestina masih bisa mendapat pengakuan sebagai negara dengan status pengamat seperti Vatikan pada sidang Majelis Umum PBB. Pilihan terakhir ini relatif mudah sebab hanya memerlukan dukungan sepertiga negara anggota PBB, dan dukungan itu sudah dikantongi Palestina sebab sudah lebih dari 100 negara (utamanya negara non-blok) yang memberi dukungan.
Well, pada mulanya hingga sekarang bangsa Indonesia tetap memberi dukungan kepada Palestina. Sulit untuk mengingkari bahwa dukungan itu secara psikologis adalah karena persaudaraan sesama umat Islam. Di Palestina ada masjid Al-Aqsa yang merupakan masjid utama kedua setelah Masjidil Haram di Makkah. Nama masjid Al-Aqsa disebut di dalam Al-Quran ketika Tuhan meriwayatkan kisah Isra’ dan Mi’raj. Tanah Palestina juga adalah tempat kelahiran para Nabi seperti Daud (David), Sulaiman (Solomon), Isa Almasih (Jesus), dan lain-lain. Bangsa Palestina sudah mendiami tanah itu sudah ribuan tahun, jauh sebelum ada negara Israel. Israel adalah negara baru bentukan Inggris dan Amerika dengan cara mencaplok tanah-tanah di Palestina.
Rakyat Israel adalah keturunan bangsa Yahudi yang dahulu tercerai-berai di seluruh dunia karena diburu oleh tentara Nazi Jerman. Karena tidak punya tanah, maka bangsa Yahudi dari seluruh dunia datang ke Palestina dan merebut tanah-tanah di sana guna mendirikan negara. Mereka beralasan inilah tanah yang dijanjikan kepada bangsa Yahudi seperti tercantum di dalam kitab Taurat. Di dalam Taurat (Kitab Perjanjian Lama) dikisahkan Nabi Musa membawa umat Yahudi keluar dari Mesir (akibat kejaran Firaun) menuju tanah yang dijanjikan. Bagi bangsa Yahudi tanah yang dijanjikan itu ditafsirkan adalah tanah Palestina sekarang. Mereka datang untuk merebut tanah yang dijanjikan itu. Jadi, klaim pendudukan tanah Palestina oleh Israel (bangsa Yahudi) lebih karena faktor historis teologis, bukan karena alasan yuridis formal. Sementara, bangsa Palestina sudah dulu berabad-abad mendiami tanah itu tanpa merasa itu adalah tanah miliki orang lain.
Kalau dukungan bangsa Indonesia kepada Palestina karena rasa solidaritas keagamaaan ukuhuwah islamiyah, maka itu hal yang wajar seperti alasan yang saya tulis pada paragraf ketiga. Namun, kalau dukungan itu direduksi semata-mata karena alasan teologis (agama) saja, tentu dukungan itu kurang mendapat simpati. Palestina tidak hanya milik umat Islam saja, ia juga menjadi tanah suci bagi umat Nasrani dan Yahudi sebab di sana terdapat sejarah dan situs peninggalan ketiga agama samawi itu. Di Palestina tidak saja ada masjid, tetapi di sana juga banyak gereja dan sedikit sinagog. Ya, di Palestina terdapat umat Nasrani dan Yahudi meskipun jumlahnya minoritas. Meskipun minoritas namun kehidupan orang Nasrani dan Yahudi di Palestina tidak pernah diusik.
Apa yang terjadi di Palestina saat ini adalah masalah kemanusiaan dan ketidakadilan. Rakyat Palestina sudah terlalu lama menderita karena kekejaman Israel. Tanah mereka dirampas sehingga sekarang luas Palestina makin kecil dan terpecah dua menjadi Tepi Barat dan Gaza. Kekejaman tentara Israel tiada duanya. Rakyat Palestina yang melawan tentara Israel pasti dibunuh. Dunia hanya melihat kekejaman itu tanpa dapat berbuat apa-apa. Amerika dan sekutunya berlaku tidak adil dengan terus menerus membela dan melindungi Israel. PBB tumpul, negara-negara Arab hanya bisa beretorika tanpa berbuat apa-apa.
Namun, setelah sekian lama melihat Palestina terus teraniaya, mata hati penduduk dunia akhirnya terbuka juga. Simpati kepada bangsa Palestina terus berdatangan dari berbagai rakyat di Eropa dan Amerika, meskipun Pemerintahan negaranya berbeda sikap dengan rakyatnya soal Palestina. LSM-LSM di seluruh dunia menggalang dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Mereka melihat masalah Palestina ini bukan masalah agama, tetapi masalah kemanusiaan. Dan puncaknya kita lihat di PBB hari-hari ini ketika negara-negara dunia memberi dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Apakah akan segera lahir negara baru di PBB dalam waktu dekat ini? Wallahu alam, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Lekaslah merdeka, Palestina. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan bangsa lain tidak dapat menghalangi hak asasi paling mendasar itu.
sumber :  http://rinaldimunir.wordpress.com/2011/12/05/nonton-film-petualangan-tintin/

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!