Rabu, 25 April 2012


Film-film karya anak bangsa, saat ini mulai menjadi sorotan dunia. Indonesia mungkin patut berbangga dengan semakin banyaknya karya anak negeri yang tampil di pentas internasional. Kesuksesan mereka saat tampil di negeri orang bahkan menuai banyak pujian.

Sebut saja film 'Modus Anomali', 'The Raid', 'The Witness' hingga 'Langit Biru' dan 'Lovely Man'. Film-film ini bahkan bisa menjadi pemicu semangat para sineas Indonesia untuk terus menciptakan karya yang lebih berbobot dan mampu bersaing dengan film-film mancanegara. Berikut, ulasan 4 film yang menuai banyak pujian di luar negeri.

Modus Anomali
Poster film Modus Anomali
Film 'Modus Anomali' yang diproduksi Lifelike Pictures dengan produser Sheila Timothy sukses menuai banyak pujian. Setelah melakukan world premiere di festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, South By Southwest (SXSW) 2012, di Austin, Texas pada 9-17 Maret 2012 lalu, film besutan sutradara Joko Anwar ini menjadi sorotan.

Tak hanya sekadar dipuji, film ini pun terpilih ditayangkan pada section "Midnighters".Section ini adalah bagian acara khusus menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam.

Dalam bagian "Midnighters" Modus Anomali tayang sebanyak 4 kali yaitu pada 11 Maret, 12 Maret, 14 Maret, dan 16 Maret 2012. Tak hanya itu, film yang dibintangi oleh Rio Dewanto ini juga mendapat review beragam. Beberapa tanggapan positif juga datang dari para kritikus dan blogger film di Amerika.

Sebelumnya, film Modus Anomali yang akan tayang di bioskop tanah air mulai tanggal 26 April 2012 juga sempat memenangkan penghargaan, seperti Bucheon Award di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini, beberapa investor film mancanegara dikabarkan berebut penawaran agar dilibatkan dalam proses produksinya.

Menurut rilis yang diterima VIVAnews.com, penghargaan ini dianugerahkan di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan.

Modus Anomali adalah film thriller yang bercerita tentang seorang laki-laki yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat berlibur di sebuah hutan. Ia juga harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.

The Raid
Film The Raid
Sejak masa produksinya, film garapan Gareth Evans ini sudah menuai banyak pujian. Terbukti dengan diraihnya penghargaan “The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award” dan menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.

Tidak hanya karena skenarionya yang penuh adegan berkelahi, film ini juga berhasil memicu semangat dunia perfilman Indonesia yang belakangan ini dibuat jenuh dengan film-film yang hanya mengeksploitasi cerita misteri lokal.

Sejak penayangan perdananya pada 23 Maret lalu, jumlah penonton film yang dibintangi Iko Uwais ini juga terus bertambah dari hari ke hari. Tak hanya itu, film ini juga meraih sukses di Amerika Serikat.

Film produksi PT Merantau Film ini berhasil melesat tajam di box office AS. Film 'The Raid' berada di posisi 11 dengan penghasilan sebesar US$1.228 juta atau sekitar Rp11 miliar. Tak hanya sukses di negara Paman Sam, film bergenre laga ini juga berhasil menarik perhatian penonton di tanah air. Bahkan, di beberapa bioskop, juga terjadi penambahan layar untuk film tersebut.

Hal ini bisa dibilang luar biasa untuk film Indonesia sekaligus membuktikan bahwa antusiasme masyarakat tanah air begitu besar untuk menyaksikan film ini. Penonton film 'THe Raid" di Indonesia telah mencapai 1 juta lebih saat penayangan perdananya.

The Witness
Film The Witness

Setelah 'The Raid', film Indonesia kembali mendapat sambutan hangat di negara lain. Kali ini giliran film bergenre thriller, 'The Witness'. Film yang disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, dan tidak sebatas pengisi di festival film saja.

Sebelum ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina juga berpendapat, negaranya harus belajar membuat film dengan Indonesia.

Tak hanya Filipina, menurut produser film 'The Witness', Sarjono Sutrisno, film ini juga akan diputar di sejumlah negara Asia. "Rencananya Juni akan tayang di Singapura, Malaysia, Brueai, Thailand, dan Dubai. Kita mau kuatkan dulu di Asia," ujarnya.

Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai diputar di bioskop tanah air pada 26 April 2012.

'Langit Biru' dan 'Lovely Man' dipuji di Jepang
Donna Harun Jumpa Pers Film Musikal Langit BiruFilm Lovely Man
Setelah film 'The Raid' tayang di Festival Film Internasional Toronto dan 'Modus Anomali' tayang di SXSW Film Festival, kini giliran film 'Langit Biru' dan 'Lovely Man' masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, Jepang.
Terpilihnya dua film dari Indonesia merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu film dari masing-masing negara peserta. Menurut panitia, kedua film Indonesia layak masuk kualifikasi karena kualitas dan keunikannya.

Film musikal anak-anak 'Langit Biru' diputar di Umeda Garden Cinema dan menghadirkan sutradara Lasja F. Susatyo. Dalam film tersebut, sang sutradara menggambarkan problema sehari-hari anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah sendiri. Salah satu tema yang diusung yaitu adanya perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.

Para penonton yang hadir mengatakan terhibur dengan film ini dan mengajukan berbagai pertanyaan seputar pembuatan film dan kondisi di Indonesia. Selanjutnya, film 'Lovely Man' juga diputar di bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun menyedot cukup banyak penonton Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas.

Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok sang anak yang santun, berjilbab dan lulusan pesantren di daerah yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang hidup keras sebagai waria di ibukota Jakarta.

Menurut salah seorang penonton Jepang, "Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam menyampaikan pesan dibanding film Jepang yang rumit." (hp). 


0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!